Berkunjung ke sebuah kota, biasanya yang paling dicari adalah slogan dari kota tersebut. Seperti halnya berkunjung ke kota Jambi, Jambi terkenal dengan slogan “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”. Kota ini sangat kaya dengan budaya kearifan lokal yang sangat menarik. Di kota ini ada festival tahunan yang biasanya digelar yaitu Festival Batanghari. Nama Batanghari diambil dari nama sungai terpanjang di pulau Sumatera.
Festival Batanghari diselenggarakan sebagai festival Sungai yang melibatkan beberapa kota pesisir sungai. Mulai dari Jambi, Muara Jambi, Muara Sabak hingga Pulo Laut. Festival ini dilaksanakan di daerah Sungai Batanghari dan di kawasan Taman Tanggo Rajo, tepatnya di area Rumah Dinas Gubernur Jambi pada tanggal 22-25 September kemarin. Dengan tujuan tak hanya sekedar mengangkat potensi wisata, namun lebih memfokuskan mengangkat kesejarahan dan budaya kabupaten/kota yang ada di Jambi serta untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke Provinsi Jambi yang kaya akan destinasi yang eksotik.
Acara yang di kenal dengan Batanghari River Festival 2018 ini resmi dibuka dengan ditandai tabuhan kompangan yang merupakan salah satu jenis alat musik di Jambi. Dalam Festival ini menyajikan keindahan jembatan-jembatan yang melewati sungai Batanghari, karena Jembatan ini akan dijadikan tempat pertunjukan yaitu lokasi parade 99 tengkuluk, yang akan diperagakan oleh bujang gadis Jambi, putri pariwisata, duta pariwisata dan para siswa-siswa sekolah.
Tengkuluk merupakan penutup kepala khas Jambi yang dipakai oleh para wanita di Jambi. Tengkuluk juga sering disebut dengan tekuluk, namun seiring berjalannya waktu Tengkuluk pun menjadi salah satu pelengkap berbusana bagi para perempuan Jambi yang akan menghadiri pesta. Ada berbagai macam jenis tengkuluk, dan terdapat filosofi pada setiap jenis dan cara memakainya.
Yang menarik adalah bagi seorang gadis Jambi yang belum menikah, tengkuluk dipakai dengan posisi ujung tengkuluk yang terjuntai ke arah kiri, sedangkan bagi wanita Jambi yang sudah menikah posisi tengkuluk terjuntai ke arah kanan. Namun seiring perkembangan zaman, tengkuluk ikut bermetamorfosa dengan semakin banyaknya jenis tengkuluk, namun tidak menghilangkan ciri khas budaya warisan leluhur.
Festival Batanghari menyuguhkan banyak acara, selain Parade 99 Model tengkuluk ( Parade Seribu tengkuluk) juga ada Ketek Race, Ketek Odong-odong, festival tari dan lagu daerah, pameran kepariwisataan, Giant Photo Booth, atraksi dan tampilan seni budaya, dan juga akan ada Coffee Corner, Community Activity, Karnaval Duo Angso, wisata sejarah, dan Festival Band.
Ketek Race merupakan perlombaan perahu yang akan digelar di Sungai Batanghari, Sedangkan Ketek Odong-Odong merupakan perahu yang dihias, dan akan dipakai untuk para wisatawan untuk menikmati keindahan Sungai Batanghari dan beberapa destinasi wisata yang berada di sekitar Sungai Batanghari.
Di Sungai Batanghari, membentang jembatan indah yang sangat memikat hati apalagi saat sore hari, saat sunset dan sungai Batanghari yang membentang luas yang lambat laun berpadu mengantarkan mentari pulang keperaduannya sambil menjemput senja. Nama jembatan ini adalah Jembatan Gentala Arasy, yang merupakan salah satu ikon wisata di Jambi bahkan kerap kali mendapat sebutan sebagai Ancolnya Kota Jambi. Jembatan ini memiliki desain yang sangat elok dan tidak Jauh dari Jembatan Gentala Arasy, terdapat pula Menara Gentala Arasy yang dapat memukau mata para pelancong yang datang ke Kota Jambi
Dalam Festival Batanghari tidak pernah ketinggalan Karnaval Angso Duo, yaitu Parade peragaan busana dari berbagai daerah Jambi serta pertunjukan seni budaya daerah. Angso Duo merupakan ciri khas Kota Jambi, Angso Duo yang berarti “Angsa Dua” ini menjadi salah satu lambang pemerintahan Kota Jambi. Tak hanya menjadi lambang pemerintahan Kota Jambi, Angso Duo pun menjadi salah satu motif Batik dari Jambi.
Terlihat pada saat pembukaan Acara Festival Batanghari ada beragam jenis tarian yang ditampilkan diantara nya tari “Sekapur Sirih”, yang merupakan tarian selamat datang untuk para tamu-tamu besar. Dan ada juga tari “Ngidang Senampan” yang dibawakan oleh Sanggar Sekitang Dayo. Selain itu dihari ketiga juga ada lomba Cuping Tester Coffee dan lomba nyanyi serta tari daerah yang diperkenalkan diantara nya ada tari “Bausek Caping” dari Kabupaten Sarolangun, tari ” Bekarang Ikan” dari Kabupaten Merangin, tari “Bekaul” dari Kabupaten Tebo, dan tari “Zapin Soho” dari Kabupaten Muaro Jambi.