Obyek wisata Asta Batu Ampar ini adalah kuburan K. Abdullah atau juga disebut Bindara Bungso. Terletak di desa Batu Ampar Kecamatan Guluk-guluk. Kompleks ini sudah nampak jelas merupakan makam islam dari kuburan yang beda dengan kuburan yang ada di selatan kompleks. Memang benar, K. Abdullah merupakan tokoh sentral penyiar agama islam di lingkungan Guluk-guluk khususnya di wilayah Batu Ampar.
Menurut sejarah yang ada K. Abdullah adalah anak dari K. Abdul Kidam dengan Nyai Asri. Nyai Asri sendiri adalah saudara K. Abd. Rachman yang sama-sama anak dari K. Abdullah Sindir yang mempunyai istri bernama Nyai Susur, Putri siding puri. K. Abdullah Sindir adalah anak dari K. Abd. Rachem (K. Sindir II). Sedangkan K. Rachem merupakan anak dari K. Kumbakara (K. Sindir I)yang masih keturunan dari Pangeras mandoroko.
Keturunan dari K. Abdullah Batu Ampar inilah yang banyak menjadi Adipati atau Bupati Sumenep. Mulai dari Raden Tumenggung Tirtonegoro (Bindara Saod) sampai pada aden Mohammad Tahir (Tumenggung Prabuwinoto).Diceritakan bahwa setelah menginjak dewasa K. Abdullah di asuh oleh pamannya yang bernama K. Abd. Rachman, serta dimasukkan ke pesantren yang masih kakeknya sendiri yaitu K. Khotib Sendang. Pada suatu hari, K Rachman mendapat nasehat dari gurunya untuk mengajarkan agama islam di Alas Raba Pamekasan yang masih belum ada penduduknya. Maka berangkatlah K. Abd. Rachman bersama dengan keponakannya sendiri yaitu K Abdullah ke tempat dimana tidak ada penduduk hanya ada gigitan ular. Kurang lebih lima tahun mereka berdua hidup di dalam Alas Raba yang akhirnya K. Abdul Rachman di Juluki K. Raba.Semenjak K Rachman (K. Raba) dan Bindara Bungso (K. Abdullah) berada di tempat itu, negeri Pamekasan tidak pernah turun hujan, sehingga Pamekasan mengalami paceklik. Dan pada suatu malam ketika raja sedang tidur nyenyak, beliau bermimpi didatangi oleh seorang yang sudah tua, sang tua berkata: “penyebab tidak turunnya hujan di negeri ini karena ada dua orang laki-laki yang sedang bertapa di bawah pohon besar di dalam Alas Raba. Jika kamu ingin hujan, berilah tempat lain untuk keduanya bertapa sehingga keduanya tidak terkena hujan.Ketika pagi hari, raja memanggil patih dan memerintahkan untuk segera pergi ke Alas Raba dan menemui para pertapa. Maka berangkatlah sang patih bersama para prajurit untuk melaksanakan titah raja. Sesampainya di Alas Raba, patih mencari kedua pertapa yang dimaksud, dan setelah lama mencari akhirnya ketemu juga dengan sang pertapa. Para pertapa itu ditemukan persis di tempat yang ada pada gambaran mimpi raja, pertama pertama tampak lebih Tua sedangkan pertapa kerdua masih belia. Tanpa berlama-lama sang patih mengajak keduanya untuk menghadap Raja.Ketika raja menyaksikan sendiri bahwa mimpinya benar-benar menjadi nyata, kemudian Raja memerintahkan kembali kepada para patih untuk membangun rumah dan langgar untuk dikelola keduanya. Dan sejak itulah K. Abdullah mempunyai rumah dan langgar. Mimpi Raja tampak menjadi nyata kembali, karena tatkala rumah dan langgar sudah selesai di bangun hujan deras turun dari langit sehingga tanah yang tadinya kering klontang menjadi basah dan tanaman tumbuh dengan subur kembali. Akhirnya seiring dengan waktu, banyak orang-orang yang datang ke Pamekasan serta tidak sedikit juga orang-orang yang datang pada K. Abdullah untuk belajar mengaji.Konon ketika K. Raba menjadi tua, segala urusan Pesantren di wakilkan kepada Bindara Bungso untuk mengajar para santrinya. Sedang cara mengajar Bindara Bungso tidak berbeda dengan K. Raba. Setelah bindara bungso dianggap sudah mengusai ilmu agamanya oleh K. Raba, pada suatu hari K. Raba menyuruh Bidara Bungso untuk menjadi dukun di Batu Ampar sambil mengajarkan agama islam.Akhirnya Bindara Bungso berangkat ke Batu Ampar ditemani oleh 4 orang santrinya. Sesampai di Batu Ampar, beliau langsung menjalankan perintah gurunya yaitu menyiarkan agama islam dan menjadi dukun. Dari inilah kemudian Bindara Bungso dikenal oleh sebagian besar masyarakat Batu Ampar khususnya dan masyarakat luar umumnya.